Sabtu, 25 Februari 2023

PASCA ISRA'MI'RAJ NABI MUHAMMAD SAW

 Assalamualaikum Wr.Wb

Hai sobat literasi dimanapun berada, gimana ni uda baca apa aja akhir-akhir ini, jangan sampai hilangkan kebiasaan membaca ya, karena yam au tidak mau membaca lah jendala dunia, walaupun tradisi membaca sudah kalah jauh sih dengan dunia vloger sekarang. Yaudah gas ajalah ceritanya, ini sih cerita seputar isra’mi’raj ya sobat literasi, admin hanya mencoba mengilustrasikan logika seputar isra’mi’raj nya nabi Muhammad SAW sesuai kemampuan ilmu admin yang di ajarkan oleh guru-guru. Koreksi jika ada kekliruan di bawah ya…

                Setelah peristiwa Isra’Mi’raj, baginda nabi Muhammad SAW bingung untuk menceritakan peristiwa itu kepada umatnya kala itu, beliau duduk sendiri di masjidil haram merenungkan apa yang telah di alaminya semalam, seketika Abu Jahal melintas dan melihat Rasulullah tengah duduk sendirian dan menghampirinya maksud mengolok-olok Rasulullah.

                “Tak adakah lagi hal (wahyu) yang datang kepadamu?”, Tanya Abu Jahal mengolok-olok

                “Memang aku telah di Isra’kan ke Baitul Makdis di syam (suriah) tadi malam”, jawab Rasulullah sambil mengangkat wajahnya melihat Abu Jahal.

                “Dan kau sekarang telah berada lagi di antara kita?”, Ujar Abu Jahal

                “Benar”, jawab Raslullah.

                Abu Jahal sudah tak sabar untuk mempermalukan Rasulullah di hadapan orang-orang Makkah, Abu Jahal berupaya mengumpulkan penduduk Makkah dengan kesepakatan kalau Rasulullah harus menceritakan apa yang telah dia alami tadi malam dan Rasulullah pun setuju, Abu Jahal pun semakin bersemangat untuk mengolok-olok Rasulullah di depan umum karena pasti penduduk Makkah akan menganggap Rasulullah gila dengan perjalanan Isra’Mi’rajnya. Singkat cerita Rasulullah pun bercerita di depan penduduk Makkah atas perjalanan Isra’Mi’rajnya, pada saat itu penduduk Makkah terbagi kepada 3 Golongan.

                Golongan yang pertama adalah golongan yang tidak percaya, mereka menganggap Rasulullah berdusta, mengarang ngarang cerita, karena tidak mungkin perjalanan Isra’Mi’raj dari Makkah sampai ke Palestina kemudian sampai lagi di Makkah dalam waktu semalam.

                Golongan yang kedua adalah orang yang ragu-ragu, antara percaya dan tidak, karena yang menceritakan itu adalah Nabi Muhammad SAW yang di kenal Al-Amin di kalangan penduduk Makkah, mau tidak percaya tapi Muhammad SAW orang yang tidak pernah berdusta, mau percaya tapi itu tidak masuk akal, maka disebut sebagai golongan yang ragu-ragu.

                Golongan yang ke tiga adalah golongan orang-orang yang percaya pada peristiwa Isra’Mi’raj, salah satunya ialah Abu Bakar As-Shiddiq, sehingga Abu Bakar berkata “kalau lah ada cerita yang lebih dahsyat dari pada itu yang diceritakan Muhammad maka aku akan percaya” sejak peristiwa itu lah Abu Bakar mendapat gelar As-Shiddiq.

                Mari kita bahas satu-persatu, mengapa penduduk Makkah tidak percaya atas peristiwa Isra’Mi’raj, alas an mereka ialah tidak masuk akal atau tidak logis, karena perjalanan dari Makkah ke Palestina saja jika menggunakan kendaraan tercanggih kala itu, sebut saja kuda tercepat, maka akan memakan waktu 3 bulan untuk sampai ke Palestina, perjalan pulang dari Palestina ke Makkah 3 bulan, butuh waktu 6 bulan untuk pergi ke Palestina dan kembali lagi ke Makkah, lalu bagaimana mungkin Rasulullah bisa sampai ke Palestina dan kembali ke Makkah dalam waktu semalam, banyak dari penduduk Makkah tidak percaya.

                Sekarang  kita bahas kendaraan Rasulullah saat Isra’Mi’raj, yaitu Buraq yang tercipta dari cahaya, penduduk Makkah kala itu tambah tidak percaya lagi tentunya…..

                Berabad-abad setelah peristiwa Isra’Mi’raj, barulah para ilmuan banyak yang mengukur kecepatan cahaya, sekitar tahun 1700-an banyak ilmuan berasumsi tentang kecepatan cahaya dengan melakukan berbagai macam percobaan, yang paling tepat kecepatan cahaya adalah 300.000 km/detik, jarak dari Makkah ke Palestina kurang lebih 1.500 km, berarti Rasulullah tidak sampai sedetik untuk sampai ke Palestina kalau menurut ilmu kecepatan cahaya yang sudah banyak di uji salah satunya Albert Einstein.

                Mari kita buktikan secara logika dengan perkembangan teknologi zaman sekarang, bukankah pesan whatsapp yang kita kirim dari Indonesia ke Makkah bisa sampai detik ini juga?, padahal jaraknya beribu kilometer, tapi jika di ceritakan kepada penduduk Makkah 14 abad yang lalu mereka tidak akan percaya. Bukan kah jika kita menelpon teman atau saudara di Makkah maka suara kita detik ini juga terdengar di Makkah?, tapi jika di ceritakan kepada penduduk Makkah 14 abad yang lalu mereka tidak akan percaya, apalagi jika di ceritakan ada besi yang beratnya mungkin berton-ton tapi bisa terbang di udara dan membuat manusia hanya butuh waktu 8 jam untuk sampai ke Makkah dari Indonesia?, jika di ceritakan itu kepada orang yang hidup 14 abad yang lalu mereka tidak akan percaya.

                Lalu timbul pertanyaan, kalau benar Nabi Muhammad SAW menaiki burok yang tercipta dari cahaya dan tak sampai 1 detik untuk sampai ke Palestina apakah tubuh Nabi Muhammad SAW tidak hancur?, yang perlu kita ingat adalah Rasulullah Isra’Mi’raj dengan kekuatan Allah SWT, bukan dengan kekuatannya, Allah SWT lah yang telah mengisra’kan Rasulullah, orang kafir tentu tidak percaya, sekali lagi kita bermain logika, saya berangkat dari Aceh Tamiang ke langsa dan membawa seekor semut di kantong saya, kemudian kembali lagi ke Aceh tamiang memakan waktu 2 jam dengan semut yang masih ada di kantong atau saku saya, kemudian sampai di Aceh Tamiang semut itu bercerita kepada teman semut-semut yang lain tentang perjalanannya ke Langsa dua jam yang lalu, kawanan semut akan tidak percaya seraya berkata mana mungkin kamu melakukan perjalanan dari Aceh Tamiang ke Langsa dan kembali lagi kesini dalam waktu 2 jam.

                Intinya adalah tak ada yang harus kita ragukan apa yang telah di sampaikan baginda Nabi Muhammad SAW jika kita beriman seperti golongan penduduk Makkah kala itu yang beriman dan percaya atas perjalan Isra’Mi’raj, dan yang terpenting dari perjalan itu bagaimana kita mesti memuliakan masjid karena Nabi Muhammada SAW Isra’ dari masjid ke masjid, dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa hingga ke Baitul Maqdis, dan pada peristiwa Isra’Mi’raj lah pertama kali Nabi Muhammad SAW mendapat perintah sholat.

                Sekian dulu sobat literasi, Admin malam mingguan dulu ya,,, hehehe, jangan lupa sholat ya sobat….. Assalamualaikum Wr.Wb



Kamis, 22 Desember 2022

HARI IBU DI PESANTREN AR RAUDHATUL HASANAH

 

            Kalau mengingat hari ibu, tepatnya hari ini, aku jadi teringat semasa di pondok beberapa tahun silam, dari ribuan teman atau santri ada satu santri yang aku ingin katakana paling  keras kepala yang aku kenal, tak perlu ku sebut namanya, anggap saja namanya Budi.

            Dia mengaku sangat tidak suka pada sosok ayahnya, bahkan kerap kali dia bermimpi menjadi sosok power ranggers seperti tokoh film jepang anak-anak, Budi yang tengah bermimpi menjadi power rangers sedang bertarung dengan sosok monster yang siap menghancurkan bumi, dan yang mengagetkan adalah, si monster ternyata ayahnya sendiri, kebanyakan nonton film hari minggu nih anak, atau lupa baca do’a sebelum tidur.

            Bertepatan dengan hari ibu yang katanya untuk memperingati ibu di seluruh dunia, timbul lah satu pertanyaan aneh dari si budi, “kenapa ada hari ibu di dunia ini?”, saat itu kami sedang berondok di gedung Al-Azhar karena tidak pergi ke masjid, seingatku itu waktu ashar, hanya agar dapat olahraga lebih awal dari yang lain, untuk alas an yang logis tapi tak bermoral Budi dan aku rela berondok di gedung papan yang penuh meja dan bangku itu, separuh atasnya terbuka menghadap langit sebagai fentilasi tanpa jerjak.

            Mendengar pernyataan aneh itu sontak aku terdiam, tapi ada sedikit kesal dalam hatiku, setahu ku dia hanya tak suka pada ayahnya tapi kali ini kenapa hari ibu pun jadi masalah buatnya, spontan aku menjawab “mungkin karena nabi bilang berbakti kepada ibumu 3 kali baru ayahmu” tiba-tiba berhamburan santri-santri dari tangga-tangga masjid, kami pun berlari secepat mungkin menuju asrama bergegas ganti baju olahraga.

            Bagaimana kami tidak bahagia, walaupun mala mini muhadharah tapi ini malam jum’at, tentu besok tanggal merahnya pondok, hari jum’at menurutku hari paling dinanti semua santri, kami duduk di kukhun usai muhadharah.

“Ente Budi kenapa tak setuju ada hari ibu?” tanyaku perihal tadi siang,

“seperti kata ente tadi siang, nabi Muhammad SAW pun mengingatkan kita berbakti kepada ibumu sampai 3 kali baru ayahmu” jawabnya santai dengan gaya intelektualnya,

“Oh…maksud ente harusnya ada 3 hari dalam setahun kita memperingati hari ibu?” jawabku polos,

“Memang otakmu baling ya!” jawabnya sambil terkekeh,

“aku Cuma bias nulis bud, kalau mikir-mikir yang begitu loding ku lama” jawabku membuat kami berdua terkekeh,

“Gini ya,.. kita kan baelajar bahasa arab, sekarang aku mau nanyak, bahasa arabnya buku apa?” Tanya Budi,

“Kitabun” jawabku,

“Kalau 2 buku?” Tanya Budi,

“Kitabaani” jawabku santai,

“Kalau bukunya lebih dari 2?” Tanya Budi,

“Jama’ ‘kutuubun’” jawabku masih santai,

“nah itu pinter, kalau bukunya 4?” Tanya Budi lagi,

“Masih menggunakan jama’ juga ‘kutuubun’” jawabku masih bingung,

“Makin pinter, sekarang kamu tau kan kenapa nabi nyebut ibu sampai 3 x?” Tanya Budi membuatku semakin bingung.

            Perbincangan pun terhenti karena Jaros berbunyi, sebelum tidur aku terus berfikir keras dengan pernyataan Budi tadi yang sedikit liar, tapi lama-lama ku piker masuk akal juga, kalau nabi mengingatkan untuk berbakti kepada ibu hanya sekali atau dua kali artinya masih terbatas, tapi nabi sebutkan tiga kali ibumu….ibumu….ibumu…., emang benar sih di dalam bahasa arab sesuatu yang melebihi dua disebut jama’, jama’ bias di artikan banyak, banyak yang tak punya jumlah artinya tak terhingga, mungkin ini ni asal muasal lagu “Kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa”.

“Terus siapa yang punya ide memperingati hari ibu hanya satu hari, harusnya tiga hari yakan Bud?” tanyaku dalam mimpi,

“Memang dasar entek gak nyambung penulis gadungan hahahaha” jawab budi sambil terkekeh dalam mimpiku.

Libasan rotan di pahaku mendarat dari ustadz Mughni karena telat solat subuh………

            Buat para pembaca maafkan pikiran-pikiran liar saya ya, boleh dikoreksi di kolom komentar kok tulisan saya hehe, buat seluruh ibu di dunia “I LOVE YOU”, terkhusus buat Bunda Adnen, Mamak Kay dan Mama Ukasya.

Rabu, 14 Desember 2022

ANAK KU

Oek..Oekkk....Oekk.. Akhirnya kau menatap dunia anakku,  

Menepis kerinduan sembilan bulan lamanya, 

Kudengar suaramu lantang dari selah-selah kaki ibumu,

Kuharap kau terus sadar asal hadirmu merobek kulit ibumu yang berteriak akhhh...akhhh

Senyum yang terselimuti rasa sakit sambil mencubit kulit gelap ayahmu,

Kubisikan pelan dengan mata yang memerah agar nama tuhan mu yang pertama kali kau dengar,

Pakaian terbaik hasil bersimpuh keringat di bawah terik panas matahari ku pakaikan,

Ibumu masih bersimpuh di pojok sana,

Kau hadirkan senyum tipis bibir mu dengan mata terpejam di sudut sini,

Kuingat pertama kali kau terbalut kain coklat seragam dengan koplok di kepalamu,

Kuingat tahun, bulan, hari, jam, menit dan detik ini sambil menadahkan tangan ke atas,

Tak ku pinta rupa hanya ku pinta hadirmu dengan selamat,

Ingat lah anak ku,

Jangan lantangkan suaramu melebihi teriakan ibumu saat kepalamu merobek kulitnya pun ayahmu,

Ingat lah anak ku,

Kuharap besarmu bermanfaat buat nama yang pertama ku bisikan di telinganmu,

Ingat lah anak ku,

Ada harap yang tak pernah lelah ku panjatkan di setiap sujud ku,



Rabu, 03 Agustus 2022

ONE DAY IN THE NEW RUSH (PART II)

                             Alhamdulillah cerita kemarin dapat banyak respon positif dari penikmat literasi, kali ini aku mau cerita lebih lanjut, tapi sebelum itu aku mau kasih hadiah nih berupa satu botol parfume isi 30 ml dari INDAH PARFUME buat yang komentarnya paling menarik, jangan sampai ketinggalan hadiahnya dong buat penikmat literasi , walaupun hadiahnya gak besar tapi yah cuma itu aja yang bisa aku kasih, setidaknya bisa dipakai buat sholat kok hehehe.

                                Aku masih duduk diapit oleh dua ustadz masyhur di Aceh Tamiang, tak jarang dalam perjalanan kami bercerita perihal agama, kadang politik dan tentunya disertai candaan sedikit-sedikit, missal bercerita tentang sosok pemimpin, argumen dari bg Luqman yang teoritis, kemudian dibantah dengan cerita sosok Umar Bin Khattab dari Akhi Irhamuddin  sebagai contoh sosok pemimpin yang memang mumpuni sebagai pemimpin, kalau tentang sejarah memang Akhi Irham paling rapi menyampaikanya, bg Luqman juga tidak kalah keilmuannya, tapi soal sejarah kami nyerah pada Akhi Irham.

                                Ngomong-ngomong soal judul tulisan ini, itu karena hampir separuh perjalanan asik bercerita tentang mobil, nampaknya bentar-bentar lagi ada yang bakal beli mobil baru nih, guyonan yang memaksa secara perlahan untuk ustadz yang satu ini di tuntut membeli mobil karena sudah mestinya naik mobil, ditambah lagi selain ustadz juga sebagai bapak kepsek, sesekali menyindir mobil Rush baru milik komandan ginting, rasanya beda ketika naik Agya merah yang kemarin hehe.

                                Entah pukul berapa kami baru masuk jalan Tol, aku sampai lupa lihat jam karena asik mengikuti perbincangan yang tak habis kami ceritakan, pokoknya sudah sore lah kami baru masuk tol, awalnya masih aman sih, plang arah jalan terpampang di setiap simpang, komandan Ginting pun semakin percaya diri menginjak pedal gas laju menyalip-nyalip bak seorang pembalap sepeda motor, sesekali berceloteh “macam orang kampung awak bah motong dari kanan”, mental-mental pengacara nya sesekali keluar, sebelum menuju arah Kualanamu kami singgah di elfet untuk mengambil barang milik bg Luqman, dapat lah merokok sebat sambil menunggu di ujung pintu Tol, setelah itu perjalanan kami lanjutkan, mulai ke arah Kualanamu.

                                Dua orang Medan yang duduk di depan mulai membuka perbincangan soal jalan terbaik menuju Mawaridussalam agar sampai tepat waktu, Komandan ginting mulai mengaku-ngaku orang Patumbak, apalagi Ustadz Joni yang mengaku orang Medan, hari mulai gelap dan kami bertiga yang duduk di belakang asli orang Aceh Tamiang tenang-tenang saja karena memang mengandalkan orang yang mengaku asli Patumbak dan asli Amplas yang duduk di depan, awalnya semua berjalan dengan baik, tapi tanpa sadar lampu mobil sudah mulai hidup, pertanda hari sudah benar-benar gelap dong, hati sudah mulai cemas, tapi Komandan Ginting masih percaya diri dengan jalan yang pernah ia lalui karena sudah sering ke Mawaridussalam, Navigator juga mulai cemas tapi masih mengikuti plang jalan, mobil perlahan mulai pelan saat sedang di persimpangan jalan untuk dapat melihat arah jalan yang alasannya kalau malam kurang Nampak hehehehe.

                                “haaa ini jalannya, udah betol ini” kata Komandan Ginting, akhirnya sepakat lah kalau sholat nanti di jama’ ta’khir karena memang tak terkejar maghrib di Mawaridussalam, akhirnya kami keluar jalan Tol dan merasa tenang karena mungkin  sebentar lagi sampai, tiba tiba kata ragu mulai keluar dari ustazd Joni, “ini keknya kita balik ini ting, salah jalan ni gak?”, di sambut Komandan Ginting, “apa iya ustadz?” akhirnya orang asli Aceh Tamiang di sebelahku buka mbah Goggle, ternyata benar kecemasan kami dari tadi, FIX kita salah jalan, okay sekarang kita kembali masuk jalan Tol dan sekarang keluar dari ketersesatan dan kembali kepada jalan yang benar, benar kata pepatah malu bertanya jalan-jalan!, tapi bagaimana mau bertanya? Bukannya malu tapi di jalan Tol mau Tanya siapa? Ditambah lagi yang membawa kami orang Medan, tidak mungkin tersesat kan orang Medan, tiba – tiba semua teringat dengan bg Ucok yang kami jumpa di Keripik Cinta, dengan bangganya kami tadi sore memperkenalkan dua orang Medan yang di mobil ini, hehehe, itu lah yang dinamakan “kualek kateu urang Tamiang”, memang kalau udah minum air sungai Tamiang, bukan hanya kampung halaman yang lupa, jalan nya pun lupa hehehe.

                                Akhirnya kami sampai di Mawaridussalam sebelum isya, dan benar aku rindu masa-masa itu, berjumpa wali-wali kelas dulu seolah malam itu aku santri yang sedang belajar malam di kelas bersama wali kelas Ustadz Amman Lingga dan besok harus masuk kelas pelajaran Muthola’ah.

“KALAU ANTUM-ANTUM YANG TADI SORE TERSESAT DI JALAN TOL, BAGAIMANA PERASAANNYA MALAM INI?” hehehe afwan abang-abang dan khususnya ustadz Joni, ini idenya Akhi Irhamuddin orang Bandar Mahligai……

                                Sebelum pulang ke Aceh kami ngopi bersama ustadz-ustadz dan alumni di Grenn Coffe, tak usah ku ceritakan, karna nanti tertawa terbahak bahak mendengar cerita dari ustadz Amman Lingga tentang ustadz yang dulu lagi belajar mobil, dan celoteh ustadz Wahid tentang “ki fi ci” alias KFC, sekali lagi Affwan ustadzzzzzzzzzzzz hehehehe

Jangan lupa isi pendapat kalian di kolom komentar, ada hadiahnya lohhh....

Sekian Asslamualaikum wr.wb        

  



Minggu, 31 Juli 2022

ONE DAY IN THE NEW RUSH (PART I)

Assalamualaikum sobat literasi dimanapun kalian berada, lama tak besuo kata orang-orang,  maaf baru bisa menulis lagi karena kesibukan yang sebenarnya tak seberapa hehe...

            Minggu ini keluarga besar IKRH mendapat tiga kabar duka sekaligus, pertama meninggalnya ustadz Mukhlis Mubarak kemudian disusul oleh ustadz Harmain dan belum lama ini abangda tercinta Akhi Mahyal Fahri, semoga mereka mendapatkan tempat terbaik disis Allah SWT, Aminnnn...Alfatihahhh.

            Singkat cerita malam ini tahlilan malam ketiga almarhum ustadz Harmain di Pondok Mawaridussalam di daerah Kualanamu, masuk pesan singkat dari komandan ginting sekitar pukul 09.30 wib di group whatsapp IKRH untuk berkunjung ke Mawaridussalam menghadiri tahlilan, dalam hati berkata "ingin rasanya ikut bersama rombongan ke Mawaridussalam" untuk melepas rindu, karena rasanya melihat Mawaridussalam sekarang seakan berada di Raudhatul Hasanah Tempoe Doeloe....

            Karena masih ada pekerjaan rasanya enggan membalas pesan dari komandan Ginting karena di pastikan tidak bisa ikut ke Mawaridussalam, tak lama kemudian ada panggilan masuk dari komandan Ginting,

"Assalamualaikum" sapa komandan

"Waalaikumsalam" jawab ku

"Ada kegiatanmu hari ini Jack?" tanya komandan dengan tidak basa-basi, karena kebiasaan beliau selalu to tha point, jarang sekali ada muqaddimahnya dulu, melalui percakapan singkat itu aku berbohong dengan tidak ada kerjaan demi bisa ikut, 

Betapa maha mendengarnya Allah SWT ketika hambanya mempunyai keinginan langsung di gerakkan hati komandan Ginting untuk menelpon hambanya yang kepingin ikut ke Mawaridussalam, itu lah yang dinamakan rezeki anak sholeh hehehe...

            Kami janjian bertemu di ujung titi Tamiang pukul 14.00 wib, sudah terparkir New Rush abu rokok di ujung titi Tamiang, betapa terkejutnya saat kubuka pintu belakang sudah duduk di dalamnya Akhi Irham dan bg Luqman, aku duduk di tengah di apit dua ustadz dengan macam keilmuannya, sebelah kiri Akhi Irham dan sebelah kanan bg Luqman, di depan ada ustadz Joni dan yang menyetir sudah tau dong siapa?, sebenarnya sebelum buka pintu aku sudah tau orang-orang yang ada di dalamnya, hanya agar tulisanku lebih dramatis, jadinya aku tulis seolah-olah terkejut ketika membuka pintu, dan juga pengalihan isu karna sebenarnya aku sudah menunggu di ujung Titi dari selesai sholat dzuhur dan mobil Rush itu sampai kira kira pukul 14.30 wib, seperti medianya Pemerintah saat ini ketika ada isu yang besar di tutup-tutupi dengan isu kecil yang di besar-besarkan, kalau kuceritakan yang sebenarnya nanti aku kualat hehe, maaf ustadzziiiii....

Okay.. tadi itu Muqaddaimahnya, sekarang cerita kita mulai....

            Benar memang dunia tak seluas daun kelor, kami berhenti untuk sholat ashar di Keripik Cinta, karena ada usul bisa santai sambil menikmati keripik gratis, nasi gratis dan kopi gratis dong tentunya, eh...bertemu disitu dengan bg Ucok orang kualasimpang yang juga mampir disitu, aku tak kenal dengan bg Ucok, tapi usatdz-ustadz yang duduk di sebelahku dalam mobil tentu terkenal lah, itulah nikmatnya jadi ustadz, dimana bumi di pijak disitu ada aja orang yang menyapa, ngobrol di depan dapur kripik cinta sambil menikmati tarian dari anak-anak yatim piatu yang di kelola oleh owner kripik cinta, dalam hati "mulia sekali pengelola kripik cinta".

            Saat ingin beranjak, bg Ucok bertanya tentang tujuan kami, karena profesi bg Ucok seorang supir, dia seolah memberi saran jalan agar tidak tersesat di jalan Tol, dengan bangganya kami memperkenalkan dua orang medan yang sedang menyetir dan menjadi navigator di sebelah supir, bg Ucok pun "Ohhhh.. yasudah lah kalau begitu", kami pun melanjutkan perjalanan mengingat agar dapat sholat maghrib di Mawaridussalam.



        Ceritanya masih panjang, masih banyak cerita misterius di jalan Tol, kita sambung Part II ya?... Komen di kolom komentar ya tentang pendapat kalian.

            

Selasa, 10 Mei 2022

AYAH NO I DI DUNIA

                Assalamualaikum teman-teman semua, apa kabarnya hari ini?, subuh tadi saya dan bg Purnomo selesai membaca kitab Ihya Ulumiddin bab Ilmu, kebetulan bg Kris terbentur dengan jadwal piket nya di Kepolisian pagi ini dan berhalangan bergabung dengan kami subuh tadi, kebiasaan kami sharing atau diskusi ilmu setiap pagi di mushola Al-Fajar bawah titi, kegiatan ini kami mulai sejak sebulan yang lalu sebelum ramadhan, banyak ilmu yang saya dapat dari bg Purnomo begitu pula yang saya dapat dari bg Kris yang umur mereka berdua jauh di atas saya, kami bukan ahli ilmu, tapi kami berusaha membincangkan tentang ilmu, missal kitab Ihya Ulumiddin yang baru selesai kami diskusikan bab tentang ilmu tadi subuh, hanya diskusi sederhana di dalam mushola, tapi punya nutrisi untuk kesehatan rohani, saya punya kesimpulan sendiri tentang bab ilmu ini yang di tulis oleh imam Al Ghazali dalam kitab Ihya Ulumiddin bahwa “penting nya ilmu sebagai landasan agar ibadah bukan hanya sekedar quantitas tapi kualitas, bahwa ketika raka’at pertama pada sholat dzuhur bukan berarti tiga raka’at lagi sholat dzuhur selesai kita kerjakan, tapi bagaimana empat raka’at sholat dzuhur menjadi sholat dzhuhur terbaik pada hari itu, untuk mencapai kualitas maka belajar!”, apa kira-kira tambahan kesimpulan dari bg Purnomo dan bg Kris pada bab ilmu yang kita bahas?, isi di kolom komentar ya……

                Gak nyambung! Judul nya Ayah No I Di Dunia? Baik lah saya coba ceritakan perlahan, sekitar sepuluh tahun yang lalu saya mencoba menulis tentang Ayah No I Di Dunia, tapi pena itu terhenti pada judulnya, saya bingung ingin menulis apa tentang sosok ayah yang harus saya kagumi, daftar menjadi calon legislatife pun berkali-kali gagal, di bilang ustadz juga tidak ustadz-ustadz kali, saat masih mondok saya bingung ingin cerita apa tentang sosok Ayah No I Di Dunia?

                Dipertengahan ramadhan kemarin ayah memberikan saya wejangan singkat di mushola Al Fajar, saat itu kami duduk bertiga bersama bg Purnomo dan lagi-lagi bg Kris ada jadwal piket malam itu, kata Ayah “ilmu fiqih , tasawuf dan tauhid itu berjalan berdampingan, contoh : jika kita di pukul atau di cederai seseorang maka kita harus balas, jatuh pada qishas, begitu hukum fiqihnya, tapi belajar lah untuk memaafkannya dan tidak perlu membalas jatuh pada tasawwuf, tetapi kita tidak perlu membalasnya dan tak perlu memafkannya, karena yakin lah semua yang terjadi di atas muka bumi itu semua karena kehendak dan ketetapan Allah SWT, maka jatuh lah dia kepada tauhid” sulit untuk saya bisa paham kata-kata itu, pun saya tidak memikirkan dan belum bisa mencerna dengan baik, kemudian saya hiraukan wejangan itu.

                Dapat lah kami kabar kalau Ayah dapat jadwal khatib Idul Fitri di kampung kami sendiri, walau sebelumnya ada tawaran khatib di kampung lain, tapi ibu menyarankan untuk mengambil jadwal di kampung sendiri dengan alasan sesekali berkhidmat di kampung sendiri, disetujui oleh ayah dan Badan Kemakmuran Mesjid (BKM) kampung kami, tapi ada musibah unik di kampung, saya menyebutnya musibah unik, tapi kejadiannya mengundang lelucon untuk yang bisa berfikir jernih, malam itu diadakanlah rapat untuk panitia badan amil zakat fitrah tahun ini di mesjid, disela rapat dengan penuh perdebatan dari A sampai Z yang seharusnya membahas zakat fitrah sekarang topik nya lari entah kemana-mana dari mulai qurban, konflik pribadi dan lain lain.

                Sampai khatib Idul Fitri pun jadi permasalahan, datang lah empat orang dalam rapat itu yang mengatas nama kan masyarakat menyatakan ketidak setujuan nya kalau yang menjadi khatib tahun ini itu Ayah, dengan alasan “masyarakat tidak setuju”, “inikan kehendak BKM dan ayah” dan macam lain alasan, saya ingin jelasakan dulu empat orang yang menjadi pintu provokasi untuk mengganti khatib di kampung agar bukan Ayah yang khatib.

                Yang pertama orang yang menyatakan kiblat itu ada dua, ini provokator pertama yang hutang nya pun belum selesai iya lunasi kepada Ayah dan Ayah tidak pernah memintanya, kemudian orang yang membubarkan jama’ah yang ingin shalat tasbih berjamaah di mushola dengan alasan shalat sendiri saja di rumah, kemudian menghendaki anak perempuan nya membaca do’a setelah baca yasin tiga kali di malam sholat tasbih itu, sedangkan disitu masih banyak jama’ah laki-laki yang harusnya memimpin do’a, ini hanya soal adab, ini provokator kedua, kemudian ketua DPM yang tinggal nya pun bukan di kampung kami tapi seolah merasa orang yang harus di tuakan di kampung karena merasa itu kampung halamannya dari kakek-kakek nya dulu, mungkin dia ingin balik pada sejarah historis, tidak jelas motifnya, dan DPM itu jangan di tanyak artinya apa hanya ingin menjaga kode etik dan jurnalistik, ini provokator ketiga, yang terakhir saya bingung harus bilang dia ini apa, tapi sumbangsihnya hanya duduk-duduk di bawah pohon cerry kesayangannya jika siang hari, jika hadir pada acara kemalangan membawa dua mangkok bontot nasi yang harusnya jatahnya satu-satu. Itu lah background provokator malam itu, di tambah bumbu-bumbu yang sepintas tiba-tiba sejalan pemikirannya dengan mereka, saya tidak ingin menjelaskan panjang lebar background ke empat anak-anak ini, karena sebenarnya tidak layak diceritakan.

                Disela-sela perdebatan, yang buat saya bingung adalah pihak BKM seolah terprovokasi dengan empat orang tadi, sedang idul fitri kurang > 7 hari lagi, dan sudah di tetapkan Ayah sebagai khatib, tapi BKM meluangkan waktunya mencari khatib pengganti dan jika tidak dapat maka tetap Ayah yang khatib, dan yang saya ingin tanyakan kira-kira bagaimana perasaan Ayah malam itu di permalukan di depan public tanpa pembelaan dari BKM sebagaimana keputusan itu sudah di dengar banyak pihak bahwa Ayah yang khatib, oh.. mungkin BKM tidak ingin ada keributan demi menjaga ukhuwah, tidak sadarkah bahwa ada hati yang terluka?.

                Saya tidak ingin mencerikan lebih lanjut, karena setiap orang berhak punya kesimpulan sendiri dalam kepalanya, dua hari sebelum idul fitri seluruh beras fitrah di kumpulkan untuk bisa segera di bagikan kepada yang berhak menerimanya, saya termasuk badan amil tahun ini, tapi saya yakin seyakin-nya kalau Ayah tidak akan hadir ke mesjid pada malam pembagian zakat fitrah karena merasa malu atau kecewa terhadap keputusan yang di tetapkan BKM, tapi dengan bangganya saya malam itu Ayah hadir ke mesjid dengan tenang dan berbincang dengan tenang dalam kondisi hati yang terluka, dan Ayah mengatakan kepada saya “kalaupun nanti khatib di kampung ini, semua itu karena kehendak Allah SWT dan kalau pun tidak itu juga ketetapan Allah SWT” bukankah itu wejangan yang pernah di sampaikan kepada saya di mushola Al Fajar oleh Ayah?, ramadhan tahun ini saya mendapat pelajaran berharga dari mulut dan prilaku Ayah, ya… benar dia Ayah No I Di Dunia, ternyata wejangannya langsung dia contohkan malam itu bahwa ilmu fiqh,tasawuf dan tauhid berjalan berdampingan.

                Dan ternyata di malam perdebatan itu ada orang dari kampung lain yang menelpon Ayah dan meminta untuk bersedia jadi khatib di kampung mereka, setelah mendengar penjelasan Ayah atas problem di kampung kami, lantas mereka berdo’a agar ayah di tolak di kampung dan bersedia menjadi khatib idul fitri di kampung mereka, terjawab lah sudah tentang Ayah No I Di Dunia yang berbekas di kepala bertahun-tahun lamanya.

                Mohon maaf ini harus saya ceritakan, bukan ingin merendahkan suatu kelompok, tapi ini penting semata-mata niat agar anak cucu kami nanti tau kalau kakeknya bukan seperti yang mereka sangkakan, terima kasih semoga bermanfaat dan mendapat ridho Allah SWT, sengaja kami tidak menyebutkan nama dan daerah untuk menjaga kode etik dan jurnalistik, anggap saja kejadian ini terjadi di Negara Israel.

Senin, 15 November 2021

UJUNG TITI TAMIANG (LINTAS IKRH)

 

Malam hampir gerimis, sekitar pukul sebelasan malam kami baru mulai beranjak dari meja bundar di Wd Coffee usai berbincang panjang sambil bernostalgia, Akhi Ir dan Komandan Ginting pulang dengan Innova hitam bersama Alumni ke 5 dari Pondok, beliau konsulat Aceh Tenggara, datang ke Tamiang sekaligus silaturahmi, khas dengan gaya berbicaranya, usulnya yang memotivasi, politik yang kadang-kadang di pamerkan dan di ajarkan kepada kami, pertemuan penuh wawasan, menimbulkan banyak ide untuk IKRH di Aceh Tamiang dan Langsa, IKRH Aceh Wilayah Timur kalah jauh dengan mereka para IKRH yang ada di Aceh Tenggara, begitulah kira-kira inti pembicaraannya.

Sanger dingin yang tak begitu sedap membuat ku harus mencari secangkir kopi lagi untuk ku seruput, malam itu bersama Azmi kami memutuskan singgah di kedai kopi milik salah satu anak IKRH di ujung Titi Aceh Tamiang yang sebelum nya aku tak kenal dengannya, ternyata adik kelas, dia pun samar-samar mengenal ku saat kami berkunjung ke kedai nya, sampai harus menebak dengan tebakan yang pesimis, “Abang anak Bola ya waktu di Pondok?” dengan lantang ku jawab “Bukan lah, abang pemain Takraw”, seingatku perjalanan ku di olahraga Takraw juga tak mudah, hampir-hampir seperti perjuangan LP3B, lain waktu akan kuceritakan.

Renaldi pemilik kedai itu sudah dahulu mengenal Azmi, dan Azmi pun yang membawa ku kemari untuk silaturahmi, duduk di depan staling sederhana dengan rak-rak yang penuh dengan segala jenis macam kopi, aku minta di buatkan kopi madu, kebetulan madu sedang tidak ada stok, kemudian dia menawarkan kopi filteran yang jadi recommended nya, ntah apa yang di jelaskan tentang kopi itu, tapi caranya  menjelaskan mewarnai pengetahuan ku tentang kopi, begitu menarik cara dia untuk menjelasakan, kemudian kopi itu di hidang kan untuk porsi tiga orang, saat ku seruput kopi itu terasa biasa saja, hanya seperti kopi disiram air panas, tapi setelah kopi itu melewati kerongkongan rasanya berbeda, kopi itu mulai terasa, aku merasa minum kopi berkelas malam ini, obrolan pun semakin asik sampai larut.

Aku mulai berfikir sebenarnya kita bisa menyeimbangi IKRH Aceh Tenggara secara bertahap, seperti yang diceritakan akhi Samri (Alumni ke 5) IKRH Aceh Tenggara punya basecamp tempat mereka berkumpul dari yang tua sampai yang muda, bermodalkan kedai kopi, dari IKRH untuk IKRH, sehingga semua disitu merasa punya rumah, aku berharap IKRH Wilayah Timur punya ambisi seperti itu, kita punya alumni yang sedang pasca sarjana di IPB, dia bisa membantu membuatkan bisnis plan untuk IKRH, kita punya alumni yang pengetahuannya tentang kopi begitu luas, kita punya Barista yang berpengalaman yang ingin pulang ke Wilayah Timur, dan kita punya IKRH yang rasa-rasanya cukup secara financial untuk membantu membuat rumah untuk IKRH, walau dalam bentuk bisnis, tapi gagasannya adalah silaturahmi, membantu perekonomian warga IKRH yang lain, dari IKRH untuk IKRH, achhhhhh ternyata itu hanya khayalan ku setelah menyeruput kopi buatan IKRH di ujung titi Tamiang. (V60)



PASCA ISRA'MI'RAJ NABI MUHAMMAD SAW

  Assalamualaikum Wr.Wb Hai sobat literasi dimanapun berada, gimana ni uda baca apa aja akhir-akhir ini, jangan sampai hilangkan kebiasaan...