Selasa, 10 Mei 2022

AYAH NO I DI DUNIA

                Assalamualaikum teman-teman semua, apa kabarnya hari ini?, subuh tadi saya dan bg Purnomo selesai membaca kitab Ihya Ulumiddin bab Ilmu, kebetulan bg Kris terbentur dengan jadwal piket nya di Kepolisian pagi ini dan berhalangan bergabung dengan kami subuh tadi, kebiasaan kami sharing atau diskusi ilmu setiap pagi di mushola Al-Fajar bawah titi, kegiatan ini kami mulai sejak sebulan yang lalu sebelum ramadhan, banyak ilmu yang saya dapat dari bg Purnomo begitu pula yang saya dapat dari bg Kris yang umur mereka berdua jauh di atas saya, kami bukan ahli ilmu, tapi kami berusaha membincangkan tentang ilmu, missal kitab Ihya Ulumiddin yang baru selesai kami diskusikan bab tentang ilmu tadi subuh, hanya diskusi sederhana di dalam mushola, tapi punya nutrisi untuk kesehatan rohani, saya punya kesimpulan sendiri tentang bab ilmu ini yang di tulis oleh imam Al Ghazali dalam kitab Ihya Ulumiddin bahwa “penting nya ilmu sebagai landasan agar ibadah bukan hanya sekedar quantitas tapi kualitas, bahwa ketika raka’at pertama pada sholat dzuhur bukan berarti tiga raka’at lagi sholat dzuhur selesai kita kerjakan, tapi bagaimana empat raka’at sholat dzuhur menjadi sholat dzhuhur terbaik pada hari itu, untuk mencapai kualitas maka belajar!”, apa kira-kira tambahan kesimpulan dari bg Purnomo dan bg Kris pada bab ilmu yang kita bahas?, isi di kolom komentar ya……

                Gak nyambung! Judul nya Ayah No I Di Dunia? Baik lah saya coba ceritakan perlahan, sekitar sepuluh tahun yang lalu saya mencoba menulis tentang Ayah No I Di Dunia, tapi pena itu terhenti pada judulnya, saya bingung ingin menulis apa tentang sosok ayah yang harus saya kagumi, daftar menjadi calon legislatife pun berkali-kali gagal, di bilang ustadz juga tidak ustadz-ustadz kali, saat masih mondok saya bingung ingin cerita apa tentang sosok Ayah No I Di Dunia?

                Dipertengahan ramadhan kemarin ayah memberikan saya wejangan singkat di mushola Al Fajar, saat itu kami duduk bertiga bersama bg Purnomo dan lagi-lagi bg Kris ada jadwal piket malam itu, kata Ayah “ilmu fiqih , tasawuf dan tauhid itu berjalan berdampingan, contoh : jika kita di pukul atau di cederai seseorang maka kita harus balas, jatuh pada qishas, begitu hukum fiqihnya, tapi belajar lah untuk memaafkannya dan tidak perlu membalas jatuh pada tasawwuf, tetapi kita tidak perlu membalasnya dan tak perlu memafkannya, karena yakin lah semua yang terjadi di atas muka bumi itu semua karena kehendak dan ketetapan Allah SWT, maka jatuh lah dia kepada tauhid” sulit untuk saya bisa paham kata-kata itu, pun saya tidak memikirkan dan belum bisa mencerna dengan baik, kemudian saya hiraukan wejangan itu.

                Dapat lah kami kabar kalau Ayah dapat jadwal khatib Idul Fitri di kampung kami sendiri, walau sebelumnya ada tawaran khatib di kampung lain, tapi ibu menyarankan untuk mengambil jadwal di kampung sendiri dengan alasan sesekali berkhidmat di kampung sendiri, disetujui oleh ayah dan Badan Kemakmuran Mesjid (BKM) kampung kami, tapi ada musibah unik di kampung, saya menyebutnya musibah unik, tapi kejadiannya mengundang lelucon untuk yang bisa berfikir jernih, malam itu diadakanlah rapat untuk panitia badan amil zakat fitrah tahun ini di mesjid, disela rapat dengan penuh perdebatan dari A sampai Z yang seharusnya membahas zakat fitrah sekarang topik nya lari entah kemana-mana dari mulai qurban, konflik pribadi dan lain lain.

                Sampai khatib Idul Fitri pun jadi permasalahan, datang lah empat orang dalam rapat itu yang mengatas nama kan masyarakat menyatakan ketidak setujuan nya kalau yang menjadi khatib tahun ini itu Ayah, dengan alasan “masyarakat tidak setuju”, “inikan kehendak BKM dan ayah” dan macam lain alasan, saya ingin jelasakan dulu empat orang yang menjadi pintu provokasi untuk mengganti khatib di kampung agar bukan Ayah yang khatib.

                Yang pertama orang yang menyatakan kiblat itu ada dua, ini provokator pertama yang hutang nya pun belum selesai iya lunasi kepada Ayah dan Ayah tidak pernah memintanya, kemudian orang yang membubarkan jama’ah yang ingin shalat tasbih berjamaah di mushola dengan alasan shalat sendiri saja di rumah, kemudian menghendaki anak perempuan nya membaca do’a setelah baca yasin tiga kali di malam sholat tasbih itu, sedangkan disitu masih banyak jama’ah laki-laki yang harusnya memimpin do’a, ini hanya soal adab, ini provokator kedua, kemudian ketua DPM yang tinggal nya pun bukan di kampung kami tapi seolah merasa orang yang harus di tuakan di kampung karena merasa itu kampung halamannya dari kakek-kakek nya dulu, mungkin dia ingin balik pada sejarah historis, tidak jelas motifnya, dan DPM itu jangan di tanyak artinya apa hanya ingin menjaga kode etik dan jurnalistik, ini provokator ketiga, yang terakhir saya bingung harus bilang dia ini apa, tapi sumbangsihnya hanya duduk-duduk di bawah pohon cerry kesayangannya jika siang hari, jika hadir pada acara kemalangan membawa dua mangkok bontot nasi yang harusnya jatahnya satu-satu. Itu lah background provokator malam itu, di tambah bumbu-bumbu yang sepintas tiba-tiba sejalan pemikirannya dengan mereka, saya tidak ingin menjelaskan panjang lebar background ke empat anak-anak ini, karena sebenarnya tidak layak diceritakan.

                Disela-sela perdebatan, yang buat saya bingung adalah pihak BKM seolah terprovokasi dengan empat orang tadi, sedang idul fitri kurang > 7 hari lagi, dan sudah di tetapkan Ayah sebagai khatib, tapi BKM meluangkan waktunya mencari khatib pengganti dan jika tidak dapat maka tetap Ayah yang khatib, dan yang saya ingin tanyakan kira-kira bagaimana perasaan Ayah malam itu di permalukan di depan public tanpa pembelaan dari BKM sebagaimana keputusan itu sudah di dengar banyak pihak bahwa Ayah yang khatib, oh.. mungkin BKM tidak ingin ada keributan demi menjaga ukhuwah, tidak sadarkah bahwa ada hati yang terluka?.

                Saya tidak ingin mencerikan lebih lanjut, karena setiap orang berhak punya kesimpulan sendiri dalam kepalanya, dua hari sebelum idul fitri seluruh beras fitrah di kumpulkan untuk bisa segera di bagikan kepada yang berhak menerimanya, saya termasuk badan amil tahun ini, tapi saya yakin seyakin-nya kalau Ayah tidak akan hadir ke mesjid pada malam pembagian zakat fitrah karena merasa malu atau kecewa terhadap keputusan yang di tetapkan BKM, tapi dengan bangganya saya malam itu Ayah hadir ke mesjid dengan tenang dan berbincang dengan tenang dalam kondisi hati yang terluka, dan Ayah mengatakan kepada saya “kalaupun nanti khatib di kampung ini, semua itu karena kehendak Allah SWT dan kalau pun tidak itu juga ketetapan Allah SWT” bukankah itu wejangan yang pernah di sampaikan kepada saya di mushola Al Fajar oleh Ayah?, ramadhan tahun ini saya mendapat pelajaran berharga dari mulut dan prilaku Ayah, ya… benar dia Ayah No I Di Dunia, ternyata wejangannya langsung dia contohkan malam itu bahwa ilmu fiqh,tasawuf dan tauhid berjalan berdampingan.

                Dan ternyata di malam perdebatan itu ada orang dari kampung lain yang menelpon Ayah dan meminta untuk bersedia jadi khatib di kampung mereka, setelah mendengar penjelasan Ayah atas problem di kampung kami, lantas mereka berdo’a agar ayah di tolak di kampung dan bersedia menjadi khatib idul fitri di kampung mereka, terjawab lah sudah tentang Ayah No I Di Dunia yang berbekas di kepala bertahun-tahun lamanya.

                Mohon maaf ini harus saya ceritakan, bukan ingin merendahkan suatu kelompok, tapi ini penting semata-mata niat agar anak cucu kami nanti tau kalau kakeknya bukan seperti yang mereka sangkakan, terima kasih semoga bermanfaat dan mendapat ridho Allah SWT, sengaja kami tidak menyebutkan nama dan daerah untuk menjaga kode etik dan jurnalistik, anggap saja kejadian ini terjadi di Negara Israel.

PASCA ISRA'MI'RAJ NABI MUHAMMAD SAW

  Assalamualaikum Wr.Wb Hai sobat literasi dimanapun berada, gimana ni uda baca apa aja akhir-akhir ini, jangan sampai hilangkan kebiasaan...