Senin, 15 November 2021

UJUNG TITI TAMIANG (LINTAS IKRH)

 

Malam hampir gerimis, sekitar pukul sebelasan malam kami baru mulai beranjak dari meja bundar di Wd Coffee usai berbincang panjang sambil bernostalgia, Akhi Ir dan Komandan Ginting pulang dengan Innova hitam bersama Alumni ke 5 dari Pondok, beliau konsulat Aceh Tenggara, datang ke Tamiang sekaligus silaturahmi, khas dengan gaya berbicaranya, usulnya yang memotivasi, politik yang kadang-kadang di pamerkan dan di ajarkan kepada kami, pertemuan penuh wawasan, menimbulkan banyak ide untuk IKRH di Aceh Tamiang dan Langsa, IKRH Aceh Wilayah Timur kalah jauh dengan mereka para IKRH yang ada di Aceh Tenggara, begitulah kira-kira inti pembicaraannya.

Sanger dingin yang tak begitu sedap membuat ku harus mencari secangkir kopi lagi untuk ku seruput, malam itu bersama Azmi kami memutuskan singgah di kedai kopi milik salah satu anak IKRH di ujung Titi Aceh Tamiang yang sebelum nya aku tak kenal dengannya, ternyata adik kelas, dia pun samar-samar mengenal ku saat kami berkunjung ke kedai nya, sampai harus menebak dengan tebakan yang pesimis, “Abang anak Bola ya waktu di Pondok?” dengan lantang ku jawab “Bukan lah, abang pemain Takraw”, seingatku perjalanan ku di olahraga Takraw juga tak mudah, hampir-hampir seperti perjuangan LP3B, lain waktu akan kuceritakan.

Renaldi pemilik kedai itu sudah dahulu mengenal Azmi, dan Azmi pun yang membawa ku kemari untuk silaturahmi, duduk di depan staling sederhana dengan rak-rak yang penuh dengan segala jenis macam kopi, aku minta di buatkan kopi madu, kebetulan madu sedang tidak ada stok, kemudian dia menawarkan kopi filteran yang jadi recommended nya, ntah apa yang di jelaskan tentang kopi itu, tapi caranya  menjelaskan mewarnai pengetahuan ku tentang kopi, begitu menarik cara dia untuk menjelasakan, kemudian kopi itu di hidang kan untuk porsi tiga orang, saat ku seruput kopi itu terasa biasa saja, hanya seperti kopi disiram air panas, tapi setelah kopi itu melewati kerongkongan rasanya berbeda, kopi itu mulai terasa, aku merasa minum kopi berkelas malam ini, obrolan pun semakin asik sampai larut.

Aku mulai berfikir sebenarnya kita bisa menyeimbangi IKRH Aceh Tenggara secara bertahap, seperti yang diceritakan akhi Samri (Alumni ke 5) IKRH Aceh Tenggara punya basecamp tempat mereka berkumpul dari yang tua sampai yang muda, bermodalkan kedai kopi, dari IKRH untuk IKRH, sehingga semua disitu merasa punya rumah, aku berharap IKRH Wilayah Timur punya ambisi seperti itu, kita punya alumni yang sedang pasca sarjana di IPB, dia bisa membantu membuatkan bisnis plan untuk IKRH, kita punya alumni yang pengetahuannya tentang kopi begitu luas, kita punya Barista yang berpengalaman yang ingin pulang ke Wilayah Timur, dan kita punya IKRH yang rasa-rasanya cukup secara financial untuk membantu membuat rumah untuk IKRH, walau dalam bentuk bisnis, tapi gagasannya adalah silaturahmi, membantu perekonomian warga IKRH yang lain, dari IKRH untuk IKRH, achhhhhh ternyata itu hanya khayalan ku setelah menyeruput kopi buatan IKRH di ujung titi Tamiang. (V60)



PASCA ISRA'MI'RAJ NABI MUHAMMAD SAW

  Assalamualaikum Wr.Wb Hai sobat literasi dimanapun berada, gimana ni uda baca apa aja akhir-akhir ini, jangan sampai hilangkan kebiasaan...