Kamis, 13 Februari 2020

Belajar Stoisisme (Tanpa Rokok)

السلام علیكم و رحمۃ الله و بركاته

                Saya mulai membaca "Filsafat Teras" buku yang di tulis oleh henry manampiring, itu yang pertama saya lihat pada cover buku itu, buku ini di rekomendasikan teman saya, saya butuh dua kali membaca kata pengantar nya untuk bisa paham betul apa itu filsafat teras (stoisisme), ada kisah menarik tentang filsuf stoa di abad ke dua masehi tentang kaisar romawi markus aurelius yang menerapkan filsafat teras (Stoisisme/Stoa) dalam perperangan dan dunia politik, karna selama ini kan orang awam berfikir filsafat membuat orang lari dari dunia, tapi saya tidak ingin berbicara tentang kaisar markus aurelius, jika ingin tau kisahnya tontonlah film gladitor tahun 2000, rekomendasi aja hehe...
          Saya tidak ingin basa basi malam ini, saya akan cerita bagaimana malam ini saya tanpa rokok, saat saya membaca filsafat teras saya di tuntut untuk dapat membedakan apa yang up to me (tergantung pada diri saya) dan apa yang gak up to me (tidak tergantung pada saya) awalnya saya kelelahan berfikir teori filsafat ini sampai saya harus membacanya dua kali, setelah saya faham yang tergantung pada saya adalah jiwaku atau rasioku dan yang tidak tergantung pada saya adalah status, karir, harta, hidup dan mati saya, siapa gubernur saya dan siapa presiden saya, saya tidak ingin membahas lebih dalam tentang ini, saya hanya ingin bercerita kenapa saya tanpa rokok malam ini padahal saya sudah bertahun tahun tidak terlepas dari rokok yang sudah saya anggap sahabat setelah saya makan dan saat saya di toilet sedang buang hajat.
                    Kebahagian itu bagi para kaum filsafat di era romawi kuno pada filsafat stoisisme atau kita sebut filsafat teras atau juga disebut kaum stoa ialah "ketenangan yang tidak terganggu", kita kembali lagi kepada prinsip apa yang up to me (yang tergantung pada saya) dan yang gak up to me (yang tidak tergantung pada saya), jika kebahagian seperti yang di sebut diatas "saat ketenangan tidak terganggu" semuanya berhubungan, apa yang membuat ketenangan tidak terganggu agar kita bahagia, itu semua dapat kita representasikan saat kita dapat membedakan apa yg up to me dan apa yang gak up to me, kita bahas saja apa yang up to me, yang tergantung pada kita jiwa atau rasio, untuk mencapai itu kita di tuntut untuk membersihkan rasa iri, dengki , rasa takut, emosi negatif dll, saya ingin bahas rasa takut dulu teman-teman, untuk mencapai kebahagian tidak boleh ada ketenangan yang terganggu, itu prinsip filsafat era romawi kuno, ketenangan ada pada jiwa kita, jika jiwa kita tidak bersih dari iri, dengki, takut dll, bagaimana jiwa bisa tenang?.
                     Saya perokok dan saya menikmatinya , tapi saya takut jika saya jadi penyakitan di hari tua saya, ingat kan prinsip kaum stoa bahagia = ketenangan yang tidak terganggu dan ketenangan = jiwa , jiwa atau rasio saya tidak akan tenang jika saya takut kesehatan di hari tua saya terganggu, saya tidak boleh takut kata kaum stoa (filsafat teras), rokok membuat saya takut dan mengganggu ketenangan saya sehingga saya tidak bahagia, maka kesimpulannya mulai malam ini saya tanpa rokok sampai.




                










Filsafat Stoisisme membuat saya belajar tentang rasanya bahagia dan artinya bahagia, kemudian Stoisisme membuat jiwa saya lebih tegar, karna hidup seharusnya adalah ketenangan dan kebahagiaan, sebagaimana Allah telah memberitahu kita sejak Nabi Adam dan Hawa di turunkan ke bumi, Allah memberitahu Adam tentang keturunannya nanti akan tenang dan bahagia jika mengikuti petunjuknya yang disebut Hudan, Taurat disebut Hudan dalam Al-Quran , Zabur, Injil juga disebut Hudan dalam Al-Quran, dan yang jadi pertanyaan apakah kita paham tentang Hudan yang diberi tahu kepada kita sejak Adam AS pertama kali diturunkan di bumi, dan kemudian sudahkah kah kita mengikuti petunjuk dari pencipta kita, sebagai umat Nabi Muhammad SAW kita bersyukur karna di wariskan Al-Quran sebagai Hudan untuk kita umatnya, semua perkara ada dalam Al-Quran bahkan tentang teori Filsafat-filsafat seperti Stoisisme, betapa luasnya ilmu pengetahuan dan Al-Quran telah menjadi petunjuk di dalamnya, ilmu pengetahuan yang tidak bertentangan dengan Al-Quran pantas di terima sedangkan yang tidak sejalan selayaknya kita tinggalkan, buat teman-teman yang ingin tahu lebih jauh tentang Stoisisme, rekomendasi saya bacalah Filsafat Teras yang ditulis oleh Henry Manampiring.


@Machyar95

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PASCA ISRA'MI'RAJ NABI MUHAMMAD SAW

  Assalamualaikum Wr.Wb Hai sobat literasi dimanapun berada, gimana ni uda baca apa aja akhir-akhir ini, jangan sampai hilangkan kebiasaan...